“ANALISA USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH”
(SKALA USAHA 12 EKOR SELAMA 1 PERIODE MASA LAKTASI)
BAB I
- Latar Belakang
Pembangunan usaha sapi perah dilakukan untuk memenuhi gizi masyarakat dan mengurangi tingkat ketergantungan nasional terhadap impor susu. Usaha susu diindonesia sudah lama dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga permintaan susu semakin meningkat pula. Meningkatnya permintaan susu, terutama dalam pencapaian ketahanan pangan asal hewani. Hal ini disebabkan antara lain dengan adanya pertumbuhan penduduk, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap gizi berimbang, serta perbaikan sistem pendidikan nasional.
Setiap usaha yang bergerak di bidang produksi, selalu berupaya untuk mencapai keuntungan ataupun pendapatan yang optimal. Usaha pemeliharaan sapi perah pun tidak terlepas dari keinginan tersebut. Usaha pemeliharaan sapi perah dewasa ini sudah begitu berkembang dan sudah dapat dijadikan sebagai salah satu mata pencaharian. Hal ini disebabkan masyarakat yang semakin sadar akan kebutuhan zat gizi. Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan susu di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar dari pada ketersediaan susu yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat perspektif.
Oleh sebab itu peternakan sapi perah memiliki potensi pengembangan yang sangat baik untuk memenuhi kebutuhan susu yang masih impor terutama di Sulawesi Selatan yang memiliki potensi yang cukup bagus karena memiliki daerah yang potensial seperti di daerah di Cakkela, Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, yang cocok untuk pengembangan usaha sapi perah.
- Tujuan
Adapun tujuan dijalankannya usaha peternakan sapi perah adalah untuk mengetahui layak tidaknya usaha peternakan yang dijalankan dilihat dari aspek pemasaran, aspek teknis produksi, aspek keuangan, aspek hukum, aspek lingkungan dan sosial budaya.
BAB II
PROFIL USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH
- Pofil Usaha Cow’s Milk merupakan peternakan sapi perah skala kecil yang berdiri sejak tahun 2012. Usaha ini bergerak pada bidang produksi susu dari sapi perah. Bangsa ternak sapi perah yang akan diusahakan yaitu bangsa sapi perah Fries Holland (FH) dan peranakannya. Bangsa sapi FH merupakan bangsa sapi perah yang memiliki tingkat produksi tertinggi dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya. Dengan tingkat produksi rata-rata setiap satu masa laktasi (10 bulan) adalah sekitar 36.000 liter per masa laktasi atau sekitar 10 liter per ekor perhari. Dalam usaha ini produk yang dihasilkan bukan hanya susu saja tapi juga dapat mengasikan produk olahan susu seperti dangke dan kripik susu serta anak sapi. Jumlah ternak yang akan diusahakan sebesar 12 ekor sapi dewasa betina, 2 ekor sapi jantan dewasa, 9 ekor sapi dara dan pedet sebanyak 5 ekor. dengan estimasi sapi betina dewasa mampu berproduksi 10 liter/ekor/hari.
Usaha sapi perah ini akan di lakukan di Cakkela, Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, dimana lokasi ini memiliki pontensi yang strategis dalam pelaksanaan usaha peternakan sapi perah. Atas dasar tersebut maka pengembangan sapi perah di kabupaten di Cakkela, Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, dipertimbangan pemilihan lokasi adalah berdasarkan kondisi wilayah yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi sapi perah, ketersediaan lahan untuk mendukung pengembangannya dan ketersediaan pasar. Atas dasar tersebut maka pengembangan sapi perah perlu dilakukan dengan peningkatan kemampuan dibidang pengolahan dan pemasaran serta kelembagaan.
- Pola Pembiayaan
Dalam suatu usaha hal utama yang paling penting adalah biaya. Pada usaha ini biaya-biaya yang di butuhkan berupa biaya pemeliharaan, produksi, peralatan, sarana dan prasarana, serta biaya pakan. Biaya ini diharapkan bersumber dari 80% pengkreditan dengan bunga yang di sesuaikan dengan yang berlaku sekarang dan 20 % biaya sendiri yang berupa lahan yang di gunakan milik sendiri.
Pola pembiayaan pada usaha ini yaitu meliputi total kebutuhan modal dengan skala usaha ekor sapi yang terdiri dari biaya penerimaan yaitu meliputi penjualan susu Rp 324.000.000,00, biaya penjualan pupuk kandang Rp 177.750.000,00, biaya penjualan pedet Rp 20.000.000,00 serta biaya variable yang meliputi biaya pakan Rp 150.000.000,00, biaya konsentrat Rp 24.000.000,00, biaya vaksin Rp 1.000.000,00, biaya Tenaga kerja 4 orang Rp 30.000.000,00, biaya listrik dan BBM Rp 1.000.000,00 dan biaya lain-lain sebesar Rp 5.000.0000, induk laktasi Rp 120.000.000,00.
BAB III
ASPEK PEMASARAN
- Permintaan
Dilihat dari pasar ataupun permintaan susu nasional maupun daerah, produksi susu nasional masih sangat perlu untuk ditingkatkan. Data tahun 2003 menunjukkan bahwa produksi susu nasional baru dapat memenuhi sekitar 29,46% dari permintaan konsumen susu (Direktorat Jenderal Peternakan, 2003). Permintaan ataupun pasar yang masih terbuka luas baru merupakan salah satu faktor yang perlu dikaji untuk mengembangkan usaha sapi perah di suatu daerah.
Pada dasarnya, antara persediaan dan permintaan susu di Indonesia terjadi kesenjangan yang cukup besar. Kebutuhan atau permintaan jauh lebih besar dari pada ketersediaan susu yang ada. Berdasarkan kondisi tersebut, usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat perspektif untuk di usahakan.
- Penawaran
Dalam ekonomi terdapat permintaan (demand) dan penawaran (supply) yang saling bertemu dan membentuk satu titik pertemuan dalam satuan harga dan kuantitas (jumlah barang). Setiap transaksi perdagangan pasti ada permintaan, penawaran, harga dan kuantitas yang saling mempengaruhi satu sama lain. penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan pada suatu harga dan waktu tertentu.
Dalam industri peternakan sapi perah peranan peternak dalam memenuhi kebutuhan kecukupan susu di Indonesia sangat dibutuhkan. Oleh karena itu penawaran terhadap harga susu secara bertahap terjadi peningkatan. Dalam mengatasi kebutuhan konsumsi susu di Indonesia terdapat peluang dalam pemasaran produk tersebut, dimana pernmintaan konsumen terhadap susu meningkat.
- Harga
Sumber penerimaan terbesar dan utama adalah dari penjualan susu, disamping penjualan sapi-sapi yang tidak produktif lagi, penjualan anak sapi yang tidak akan digunakan sebagai peremajaan dan dari hasil penjualan pupuk kandang. Besar kecilnya usaha sapi perah akan sangat tergantung pada jumlah susu yang diproduksi dan harga penjualan susu.
Penerimaan dari hasil penjualan susu diperoleh dari perkalian antara jumlah susu yang diperoleh selama satu periode laktasi dengan harga susu selama periode laktasi tersebut. Penerimaan lainnya berasal dari penjualan pedet, dan pupuk kandang dalam waktu 1 tahun. Harga susu di tingkat peternak berkisar Rp 9.000/liter, harga pupuk kandang Rp 1.500/Kg dan harga penjualan pedet Rp 4.000.000/ ekor.
- Pemasaran
Produk yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu segar, aspek pemasaran dari susu ini yaitu meliputi seluruh kalangan lapisan masyarakat, sehingga pasar dari usaha ini sangat luas karena semua orang mengkonsusmsi produk susu.
Dalam pemasaran produk ini hal yang menjadi pertimbangan dan sasaran konsumen tentunya harus menjadi pertimbangan utama. Ada 3 konsep kebutuhan manusia yang paling dasar yang mempengaruhi sasaran konsumen, sebagai berikut:
- Kebutuhan, yaitu kondisi masyarakat akan kebutuhan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari
- Keinginan, yaitu kebutuhan manusia yang dibentuk oleh budaya dan kepribadian individu
- Permintaan, yaitu keinginan yang didukung oleh daya beli masyarakat
Setelah menetukan strategi pemasaran maka hal berikutnya yang dapat dilakukan adalah merencanakan rincian bauran pemasaran. Bauran pemasaran itu sendiri adalah seperangkat alat pemasaran taktis yang dapat dikendalikan. Bauran pemasaran dapat digolongkan dalam 4 kelompok variable :
- Product (Produk) berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh sebuah usaha kepada konsumen. Produk yang di tawarkan tidak hanya pada satu jenis produk susu akan tetapi berbagai macam produk dari olahan susu seperti dangke, kripik, dodol dll.
- Price (harga) berarti jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk yang ditawarkan. Harga yang ditawarkan yaitu terjangkau oleh berbagai lapisan masyarakat.
- Place (tempat) meliputi tempat aktivitas usaha untuk menyediakan produk bagi konsumen yang sangat menunjang adalah tempat yang memiliki tempat pemasaran yang strategis.
- Promotion (promosi) berarti aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan untuk membelinya. Dalam menjalankan usaha ini akan melakukan promosi kepada konsumen melaui beberapa media seperti brosur, pamflet dan lain-lain.
- Kendala Yang Dihadapi Dalam Pemasaran
Dengan semakin berkembangnya dunia pemasaran, persaingan akan
barang dan jasa (produk) juga cukup ketat, hal ini sangat membutuhkan
suatu strategi pemasaran yang tepat guna memasarkan barang (produk)
yang diproduksi dan untuk meningkatkan pangsa pasar yang telah
ditentukan.
barang dan jasa (produk) juga cukup ketat, hal ini sangat membutuhkan
suatu strategi pemasaran yang tepat guna memasarkan barang (produk)
yang diproduksi dan untuk meningkatkan pangsa pasar yang telah
ditentukan.
Kendala yang dihadapi dalam pemasaran produk (susu) yaitu waktu yang ditempuh dari tempat produksi ke tempat pemasaran membutuhkan waktu yang cukup lama.
BAB IV
ASPEK PRODUKSI
- Lokasi Usaha
Lokasi peternakan sapi perah ini terletak di Cakkela, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Lokasi peternakan sapi perah ini berada di daerah dengan curah hujan dan iklim yang cukup stabil sehingga cukup mendukung untuk pemeliharaan sapi perah khsususnya bangsa Fries Holland (FH) yang relatif membutuhkan suhu lingkungan yang rendah. Lahan peternakan ini berada di sekitar didaerah puncak tetapi usaha peternakan ini masih merupakan skala rumah tangga. Pada dasarnya pemilihan lokasi ini sangat baik untuk kenyamanan hidup ternak sapi perah yang berjenis FH, dimana karakter sapi perah FH mampu nenyusuaikan diri dengan kondisi lingkungan tropis seperti Indonesia.
- Fasilitas Produksi
Untuk memproduksi susu dalam usaha sapi perah tidak lepas dari fasilitas dalam memproduksi seperti lahan, perkandangan, serta peralatan penunjang yang di gunakan. Dengan semakin berkembangnya teknologi maka peralatan yang digunakan juga semakin canggih. Peralatan yang digunakan berupa tempat penyimpanan susu, alat pemerah susu, cangkul, sikat dll.
- Luas Lahan
Luas lahan peternakan sapi perah ini adalah 1000 m2 dimana lahan ini terbagi menjadi lahan untuk perkandangan, lahan untuk pakan dan hijauan lahan untuk pembuatan pupuk kompos dan lahan untuk pengolahan hasil produksi.
- Bangunan dan Peralatan
Untuk usaha pengembangan sapi perah yang dilakukan secara intensif diperlukan bangunan, peralatan, persyaratan teknis dan letak kandang yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Bangunan :
- Kandang pejantan
- Kandang induk
- Kandang anak(pedet) dan dara
- Gudang pakan
- Tempat penampungan dan pengolahan limbah
- Peralatan :
- Tempat pakan dan tempat minum
- Gerobak
- Alat pembersih kandang dan pembuatan kompos
- Peralatan kesehatan hewan
- Selang
- Alat pemotong dan pengangkut rumput
- Perkandangan
Perkandangan adalah aspek yang penting dalam peternakan sapi perah. Perkandangan merupakan kompleks yang meliputi kandang sapi perah, gudang pakan, tempat penampungan kotoran dan kantor. Perkandangan diharapkan dapat menunjang dalam proses produksi sapi perah. Persiapan perkandangan perlu diperhatikan karena berkaitan erat dengan kesuksesan peternakan sapi perah. dan tipe kandang yang digunakan untuk kandang sapi perah adalah tipe bebas konvensional, bentuk kandang ini memudahkan dalam penanganan selama pemeliharaan baik pada saat memerah, memandikan, serta memudahkan dalam membersihkanan kandang.
- Tenaga Kerja
Tenaga kerja perlu pula diperhatiakan dalam mencapai efesiensi biaya produksi. Menurut pemgalaman peternak sapi perah di Indonesia. Satu orang tenaga kerja pria dewasa akan mampu mengurus sampai dengan 6 ekor sapi perah dewasa. Asal tenaga kerja itu tidak dibebani lagi untuk mencari ataupun menyabit hijauan. Dalam analisa usaha, petenakan sapi perah yang tidak menggunakan tenaga kerja upahan, melainkan menggunakan tenaga peternak itu sendiri atau tenaga keluarganya, maka tenaga itu harus diperhitungkan sebagaimana layaknya tenaga kerja upahan.
Tenaga kerja yang digunakan pada peternakan sapi perah bisa berasal dari semua kalangan masyarakat baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan kerja dimulai pukul 07.00 sampai 15.30 WITA dengan waktu istirahat pukul 12.00 sampai 13.00 WITA.
Estimasi tenaga kerja yang digunakan untuk usaha sapi perah 28 ekor sapi perah desawa yaitu 4 orang.
- Teknologi
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi maka muncul alternatif-alternatif dalam menangani usaha sapi perah di perusahaan ini salah satunya yaitu penanganan dan pengolahan limbah peternakan menjadi produk yang bermanfaat seperti penggunaan biogas yang berasal dari kotoran sapi, pembuatan kompos atau, pupuk cair organik dan lain-lain.
- Proses Produksi
Sebelum melakukan pemerahan yang harus dilakukan adalah memeriksa kesehatan perah yang sedang laktasi dan menyediakan peralatan yang akan digunakan dalam pemerahan, kemudian mencuci lantai kandang dan membersihkan kandang dari bau-bauan, menenangkan sapi, menyediakan air hangat, mencuci tangan sebelum melakukan pemerahan, melicinkan puting dengan diolesi minyak kelapa atau Vaseline sehingga memudahkan proses pemerahan dan tidak terasa sakit.
- Kendala Yang Dihadapi Dalam Produksi
Kendala yang dihadapi dalam proses produksi yaitu pada musim kemarau sangat kesulitan untuk memperoleh hijauan makanan ternak. Tentunya hal ini membutuhkan tenaga dan waktu yang lebih untuk mencari hijauan. Sedangkan pada musim hujan, persediaan hijauan makanan ternak tersedia cukup melimpah bahkan banyak yang rumput yang tua karena tidak dipanen.
BAB V
ASPEK KEUANGAN
- Komponen Dan Struktur Biaya
v Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar. Biaya variable cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan sebagainya.
v Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang pada umumnya selalu konstan dimana pengeluaran bisnis yang tidak bergantung pada tingkat barang atau jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Pengeluaran ini berkaitan dengan waktu, seperti gaji atau beban sewa yang di bayar setiap bulan dan sering disebut sebagai biaya tambahan.
v Biaya Variabel
Biaya variable adalah biaya yang pada umumnya berubah-ubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan, makin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
v Penerimaan
Penerimaan adalah semua hasil penerimaan produsen dari hasil penjualan barang dan outputnya.
- Perhitungan Analisis Kelayakan Usaha
Tabel 1. Perhitungan analis kelayakan usaha peternakan sapi perah
NO | URAIAN | SATUAN | NILAI(RP) |
A. | Biaya | ||
a. Biaya Variabel | |||
1. Pakan (Hijauan) | Kg | 150.000.000,00 | |
2. Konsentrat | Kg | 24.000.000,00 | |
3. Vaksin | Unit | 1.000.000,00 | |
4. Listrik dan BBM | 1.000.000,00 | ||
5. Tenaga Kerja | Orang | 30.000.000,00 | |
6. Biaya Lain-lain | 5.000.000,00 | ||
7. Induk Laktasi | Ekor | 120.000.000,00 | |
Total Biaya Variabel | 326.500.000,00 | ||
b. Biaya Tetap | |||
Penyusutan Kandang | 20 tahun | 821.17,81 | |
Penyusutan Peralatan | 5 tahun | 1.643.835,62 | |
Total Biaya Produksi | 328.965.753,43 | ||
B. | PRODUKSI | ||
1. Susu | Ekor | 324.000.000 | |
2. Pupuk Kompos | Kg | 177.750.000. | |
3. Pedet | Ekor | 20.000.000 | |
Total Penerimaan | 521.750.000 | ||
C. | Pendapatan (B-A) | 188.284.246,57 | |
D. | R/C (A/B) | 1,56 | |
E. | B/C | 0.56 | |
F. | BEP Harga Produksi | ||
· Susu | Rp | 37.051 | |
· K ompos | Rp | 222.310 | |
· Pedet | Rp | 83,36 | |
BEP Volume Produksi | |||
· Susu | Liter | 9.262 | |
· Kompos | Kg | 1.984 | |
· Pedet | Ekor | 18.525 |
- Laba/ Rugi
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat dilihat bahwa usaha petenakan sapi perah dengan masa laktasi 300 hari memperoleh keuntungan sebesar Rp 188.284.246,57 dan biaya produksinya sebesar Rp 160.620.753,43. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan CV Cow’s Milk memperoleh keuntungan karena pendapatannya lebih besar dari pada pengeluaran/biaya produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasmir (2009) yang menyatakan bahwa jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, dikatakan perusahaan dalam kondisi laba (untung). Namun jika sebaliknya yaitu jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya, perusahaan dalam kondisi rugi.
- Return Cost Ratio (R/C)
Berdasarkan hasil analisis R/C bahwa usaha peternakan Sapi Perah layak diusahakan dan menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1,56 yang artinya lebih dari satu, dimana ketika R/C lebih dari satu maka usaha tersebut dikatakan untung. Hal ini sesuai dengan pendapat Umar (2003), yang menyatakan bahwa jika R/C < 1 maka usaha tersebut dikatakan rugi, jika R/C > 1 maka usaha tersebut dikatakan untung, sedangkan jika R/C = 1 maka usaha tersebut dikatakan tidak untung dan juga tidak rugi.
- Benefit Cost Rasio (B/C)
Berdasarkan hasil analisis B/C bahwa usaha peternakan Sapi Perah menghasilkan keuntungan dilihat dari hasil analisis B/C rasio dapat diperoleh nilai 0.56 artinya bahwa setiap Rp. 1.000,00 biaya yang dikeluarkan, maka usaha peternakan sapi perah akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 560. dan layak untuk diusahakan hal ini ditunjukkan karena nilai B/C sebesar Rp 560 lebih dari satu, dimana ketika B/C lebih dari satu maka suatu usaha layak untuk diusahakan karena menghasilkan keuntungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sagita (2012), yang menyatakan bahwa B/C adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C>1. Semakin besar nilai B/C semakin besar pula manfaat yang akan diperoleh dari usaha tersebut.
- Break Event Point
Usaha peternakan sapi perah CV. Caw’s milk ini tidak akan mengalami kerugian dan tidak memberikan keuntungan jika jumlah susu yang diusahakan sebanyak 9.262 liter atau harga susu hanya Rp. 37.051 per liter, sedangkan jumlah feses yang diusahakan sebanyak 1.984 kg atau harga feses hanya Rp 222.310, dan jumlah pedet 18.525 ekor atau harga pedet hanya Rp 83,36 hal ini menunjukkan bahwa BEP menjadi target produksi minimal peternak dalam berusaha agar dapat menjalankan usaha dengan optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Munawir (1990) yang menyatakan bahwa nilai BEP dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana operasi perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total penghasilan sama dengan total biaya. Lanjut Umar (2003) menerangkan bahwa titik pulang pokok adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara beberapa variable didalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang diterima peruusahaan dari kegiatannya.
BAB VI
PENUTUP
- Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisis Kelayakan Usaha Sapi Perah skala 28 ekor yang dilaksanakan di Cakkela, Kecamatan Kahu Kabupaten Bone, diperoleh kesimpulan bahwa Usaha sapi perah dinyatakan layak dijalankan dilihat dari pemilihan lokasi yang baik, tenaga kerja yang digunakan, aspek pemasaran serta peternakan sapi perah ini sudah memberikan keuntungan setiap laktasi bagi peternak dan hampir seluruh produksinya dijual.
Ditinjau dari aspek teknis secara keseluruhan peternakan ini sudah layak karena sisitem pemeliharaannya dilakukan secara intensif sehingga sapi perah dapat memproduksi susu 10 liter/ekor/hari.
- Saran
Untuk meningkatkan produksi susu sebaiknya dilakukan penambahan konsentrat pada ransum, Sehingga mendatangkan banyak keuntungan.