Permasalahan utama dari penyediaan pakan ternak ruminansia adalah tidak terpenuhinya jumlah dan kecukupan nilai nutrisi yang disebabkan antara lain ketersediaaan pakan yang tidak terus menerus (kontinyu) sepanjang tahun. Pada musim penghujan produksi pakan terutama hijauan tinggi dan terjadi kekurangan pada musim kemarau.
Selain itu, bahan pakan pada umumnya berasal dari limbah pertanian yang kandungan nutrisi protein kasarnya rendah dan serat kasarnya tinggi. Kandungan serat kasar dalam bahan pakan sebagian besar berasal dari komponen selulosa lignin (karbohidrat komplek ) sehingga sulit dicerna oleh ternak.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi problematika tersebut adalah dengan teknologi silase. Caraini memungkinkan untuk mengolah bahan pakan hijauan untuk meningkatkan kecernaan dari bahan pakan yang pada umumnya mengandung serat kasar yang tinggi. Pengawetan bahan pakan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara kering, yaitu pembuatan hijauan kering dan jerami kering dan cara basah, yakni melakukan fermentasi hijauan segar, misalnya rumputatau hasil sampingpertanian, seperti jerami jagung (corn stover) dalam keadaan terkontrol yangdikenal dengan istilah pembuatan silase.
Utomo (2012), menambahkan ada cara lain untuk pengawetan bahan pakan yaitu haylage (perpaduan antara hay dan silase), yakni silase yang dibuat dari hijauan pakan yang berkadar air rendah (40 – 50%).Syarat hijauan yang dibuat silase adalah segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang disukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidratnya.
Silase dapat dibuatdari berbagai jenis hasil panen. McDonald et al. (1991) menyatakan bahwa silasemerupakan bahan pakan yang diproduksi secara fermentasi, yaitu dengan carapencapaian kondisi anaerob. Selanjutnya Bolsen et al. (2000) menambahkan bahwa silase adalahbahan pakan yang diproduksi melalui proses fermentasi.Bahan tersebut berupatanaman, hijauan, limbah pertanian yang mengandung kadar air lebih dari 50%.
Sapienza & Bolsen (1993), menuliskan pembuatan silase tidak tergantung pada musim. Keberhasilan pembuatansilase berarti memaksimalkan nutrien yang dapat diawetkan. Schroeder (2004), menerangkan bahwa silase dapat mengurangi tenaga kerja dankehilangan nutrisi dengan proses fermentasi yang akhirnya akan mengawetkan hasilpanen. Lebih lanjut Balitbangtan (2003) mengungkapkan bahwa pembuatan silase dapat mengatasikekurangan pakan ternak pada musim kemarau serta menampung kelebihan produksipakan atau memanfaatkan pakan pada saat pertumbuhan terbaik.
Pieper (1996), menambahkan silase dapat memaksimalkan feed intake dan mengurangi pencemaran udara. Proses fermentasi yang optimum pada silase juga dipengaruhi oleh lingkungan. Kualitas silase dipengaruhi oleh faktor biologi yaitu tahap kematangan bahan pakan juga teknologi yang dipergunakan saat pembuatan silase (Bolsen et al. 2000). Jika dibandingkan dengan pembuatan hay dan amoniasi, pembuatan silase memiliki kelebihan yaitu:
Hijauan tidak mudah rusak oleh hujan pada waktu dipanen
Tidak banyak daun yang terbuang
Silase umumnya lebih mudah dicerna dibandingkan hay dan amoniasi
Karoten dalam hijauan lebih terjaga dibanding hay dan amoniasi
Sedangkan kelemahan pembuatan silase adalah perlunya ongkos panen, perlunya mengisi silo dan biaya pembuatan silo sebagai tempat penyimpanan.
Silase dan Proses Pembuatannya
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku berupa tanaman hijauan, limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainnya, dengan jumlah kadar/kandungan air pada tingkat tertentu, kemudian dimasukkan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara yang biasa disebut dengan Silo, selama tiga minggu.
Dalam silo tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadi proses fermentasi.
Dalam silo tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadi proses fermentasi.
Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat disimpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya, agar bisa disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian diberikan sebagai pakan bagi ternak terutama untuk mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
Proses Pembuatan Silase
Cara pembuatan silase adalah sebagai berikut:
Hijauan atau rumput dilayukan, dipotong-potong (5-10) cm, diberi tambahan karbohidrat sebagai substrat bakteri (misal tetes/molases, tepung jagung, dedak halus, onggok), kurang lebih 3% dicampur rata, dimasukkan kedalam silo (tempat penyimpanan), dipadatkan dan ditutup rapat dan setelah 3 minggu, silo dapat dibuka dan siap diberikan kepada ternak. Apabila silo baik dan benar dalam pembuatannya maka dapat bertahan 2-3 tahun selama tetap berada dalam keadaan kedap udara.
Penyiapan Silo
Silo hanyalah nama sebuah wadah yang bisa ditutup dan kedap udara, artinya udara tidak bisa masuk maupun keluar dari dan ke dalam wadah tersebut. Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan. Untuk memenuhi kriteria ini maka bahan plastik merupakan jawaban yang terbaik dan termurah serta sangat fleksibel penggunaannya. Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan, mulai kantong keresek plastik ukuran satu kilogram, sampai silo silindris dengan garis tengah 100 meter dan ketinggian 30 meter.Gentong plastik (biasanya berwarna biru) yang mempunyai tutup yang bisa dikunci dengan rapat, merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Karena di samping ukurannya yang sedang sehingga mudah untuk diangkat, kemudian dengan penambahan jumlah bisa memenuhi kebutuhan yang lebih banyak.
Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak, maka cara yang termurah adalah dengan menggali tanah. Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian menggunakan kantong plastik sehingga penutupannya bisa dilakukan agak rapat.
Penggunaan dan Penyimpanan Silase
Silase bisa digunakan sebagai salah satu atau satu satunya pakan kasar dalam ransum sapi potong. Pemberian pada sapi perah sebaiknya dibatasi tidak lebih 2/3 dari jumlah pakan kasar. Silase juga merupakan pakan yang bagus bagi domba tetapi tidak bagus untuk kuda maupun babi. Silase merupakan pakan yang disukai ternak terutama bila cuaca panas. Apabila ternak belum terbiasa mengkonsumsi silase, maka pemberiannya sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Silase dengan kualitas yang baik akan menampilkan ciri-ciri khasnya yaitu : baunya agak wangi, rasanya manis dan sedikit asam, warnanya hijau kekuning-kuningan, tidak berjamur, waktu dibuka suhu tidak panas (kurang 30oC), apabila dipegang kering dan teksturnya lembut, tidak menggumpal, pH berkisar antara 4 – 4,5 dan nilai nutrisi yang ada dalam silase meningkat.
Cara Pemberian pada Ternak
Pemberian silase pada ternak harus dilakukan dengan memperhatikan respon ternak. Silase mempunyai aroma dan rasa yang khas, maka tidak semua ternak langsung mempunyai respon yang baik.
1. Pengambilan silase harus dilakukan secara hati-hati, silo harus cepat –cepat ditutup agar udara tidak masuk. Silase paling baik disimpan dalam silo yang berukuran sesuai dengan kebutuhan, sekali ambil isi silo habis. Misalnya setiap hari dibutuhkan 100 kg silase, maka kapasitas silo juga 100 kg.
2. Sebelum diberikan pada ternak silase diangin-anginkan terlebih dahulu, jangan diberikan langsung pada ternak.
3. Untuk ternak yang belum terbiasa makan silase, pemberian dilakukan sedikit-sedikit dicampur dengan hijauan segar yang dikurangi secara bertahap. Jika sudah terbiasa silase dapat diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak setiap hari.